Oleh Agus Harimurti Yudhoyono
Hari ini, 53 tahun yang lalu, kita kehilangan salah satu putra terbaik bangsa, penyambung lidah rakyat Indonesia, Almarhum Ir. H. Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia. Semasa hidupnya, Bung Karno mengajarkan kepada kita, tentang nasionalisme, patriotisme dan mimpi besarnya untuk membangun tatanan Dunia yang baru.
Bung Karno pejuang sejati, yang bukan saja membebaskan kita dari belenggu penjajah, tapi juga memandu kita untuk Berdiri di atas Kaki Sendiri, membebaskan diri dari belenggu kebodohan dan kemiskinan. Tugas kita sebagai generasi muda, adalah melanjutkan perjuangannya, dengan semangat gotong royong, persatuan dan kesatuan.
Untuk menghormati dan mendoakan beliau, Pak SBY pernah bercerita. Ketika menjadi taruna Akademi Militer, di tahun 1971, atau setahun setelah Bung Karno wafat, Pak SBY diajak ibundanya, Eyang Habibah, untuk berziarah ke makam Bung Karno di Blitar. Saya juga pernah berziarah ke makam Bung Karno pada tahun 2019, dalam kunjungan saya keliling daerah di Jawa Timur.
Sebagai manusia biasa, tentulah Bung Karno tidak luput dari kekurangan, tapi pengorbanan dan jasa-jasanya kepada Ibu Pertiwi, melebihi dari panggilan tugasnya. Insya Allah, semua itu menjadi Amal Jariyah yang akan menerangi dan melapangkan kuburnya. Untuk Sang Proklamator, Alfatihah. (*)