ABNEWS – Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Letjend TNI (Purn) Prabowo Subianto menyatakan dirinya tidak sakit hati diejek, diolok-olok dan dihina karena hal itu tidak ada artinya jika dibanding dengan penderitaan yang dirasakan masyarakat selama ini. Dirinya memilih tetap berbuat baik untuk bangsa dan negara.
“Ada hal-hal lebih penting di dunia ini, di hidup ini, rakyat kita banyak yang menderita lebih daripada sekadar saya disakiti, jadi saya berpikir sisa hidup saya ingin berbuat yang baik,” ungkap mantan Danjen Kopassus periode 1995-1998.
Bahkan menurut Menteri Pertahanan RI yang dilantik tanggal 23 Oktober 2019 ini, dirinya tidak ingin melakukan bantahan soal isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang selalu dikaitkan dengannya, terutama jelang pemilihan presiden.
Pasalnya, menurut Pangkostrad ke-22 ini, isu tersebut sudah melekat padanya sejak 2004 lalu. Karena setiap kali dia maju dalam perhelatan Pilpres isu tersebut akan selalu muncul, terutama saat hasil survei memperlihatkan elektabilitasnya yang mulai meroket.
“Memang tiap kali saya ikut, apalagi kalau angka polling saya agak bagus, ya mulai keluar HAM dan sebagainya. Saya kira dalam kehidupan politik di mana-mana itu biasa. Apalagi dalam demokrasi liberal, lawan sering diturunkan popularitasnya lewat isu-isu,” tutur alumni Akabri 1974 ini.
Seringkali menurut Prabowo, ketika isu-isu tersebut bergulir membuat suara pemilihnya terjun bebas dan dirinya mengaku tak bisa berbuat apa-apa. Apalagi memaksakan kehendaknya terhadap orang lain. Karena menurut Prabowo, Indonesia adalah negara demokrasi yang memberikan ruang kebebasan mutlak kepada rakyat untuk memilih pemimpin.
“Bahwa ini demokrasi, kalau rakyat percaya semua tudingan-tudingan itu, ya rakyat enggak usah pilih saya, selesaikan?” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Prabowo juga tak mempermasalahkan soal dirinya yang diejek dan dihina dina karena selalu kalah ketika maju dalam Pilpres, baik sebagai calon presiden maupun calon wakil presiden.
Bahkan seringnya kalah dalam pilpres, dirinya kerap mendapat olok-olokan yang melampaui batas, yang lagi-lagi menurutnya tak ia permasalahkan. Justru hal itu membangkitkan jiwa pantang menyerah.
Diketahui, konstestasi Pilpres yang telah diikuti Prabowo pertama pada tahun 2008. Kala itu dia maju sebagai cawapres mendampingi Megawati Soekarnoputri dan kalah. Kedua, pada tahun 2014 maju sebagai capres dan cawapresnya Hatta Rajasa dan kalah. Lalu, ketiga pada tahun 2019 maju sebagai capres dan cawapresnya Sandiaga Uno dan kalah.
Namun beberapa pengamat pernah menyandingkan kisah Prabowo Subianto dan sejarah perjuangan politik Presiden Amerika Serikat ke-16 Abraham Lincoln yang kalah 20 kali dalam mengikuti kontestasi. Mulai dari menjadi anggota DPR hingga anggota Senat selalu gagal dan kalah. Namun pada ke 21 kali dia terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. (*)